TUJUAN
INTUKSIONAL
1.
Bermacam – macam tujuan pendidikan
Setiap negara tentu mempunyai cita-cita tentang warga negaranya
akan diarahkan. Cita-cita tersebut dimenifesikan dalam bentuk tujuan pendidikannya.
Sebagai contoh, negara sparta ingin mengarahkan warga negaranya menjadi manusia
yang sehat jasmani dan rohaninya makan tujuan pendidikan telah disejajarkan
dengan cita-cita tersebut.
Cita-cita bangsa
indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya.
Tujuan pendidikannya telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut. Semua
institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan
disekolahnya bagi pencapaian tujuan itu. Inilah yang disebut dengan tujuan umum pensdidikan yang secara
eksplisit tertera didalam garis-garis besar haluan negara.
Semua aparatur
pemerinah termamsuk petugas-petugas pendidikan, harus terlebih dahulu memaham
makna dari rumusan tujuan yang sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan yang
diselenggarakan pada lembaga tersebut. Inilah yang disebut sebagai tujuan
intruksional. Tujuan sudah khusus diperuntukkan bagi tujuan penyelenggara
sekolah/institusi ini. Semua tujuan pendirian sekolah harus berkiblat kepada
tujuan umum atau tujuan pendidikan nasional yang telah disebut.
Dengan demikian
maka tujuan pendidkn nasional memiliki fungsi sebagai frame of reference untuk selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan
intruksional. Sebagai pendalaman berikut ini adlah kutipan rumusan tujuan umum
tersebut:
“Pengembangan
dibidang pendidikan didsarkan atas falsafah negera pencasila dan diarahkan
untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-pancasila dan untuk
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung
jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggung rasa, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsanya mencintai sexama manusia sesuai dengan ketentuan termaktub
dalam UUD 1945.”
Kegiatan-kegiatan
yang muncul dalam pola kesamaan pendidikan, didsarkan pada rumusan tujuan
pendidikan nasional ini. Sedangkan materinya perlu diisi dari hasil studi
empiris tentang harapan-harapan masyarakat mengenai kemampuan pengetahuan dan
sikap yang harus dimiliki oleh para lulusan.
Selanjutnya,
sebagai tindak lanjut dari penjabaran tujuan umum menjadi tujua institusional,
adalah perumusan lain telah disiapkan oleh para ahli bidang studi, sebagai
penanggung jawab program kurikuler.
Untuk dapat
memenuhi harapan dicapainya peguasaan terhadap program kurikuler ini,
dirumuskanlah suaru tujuan yang disebut tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler adlah tujuan yang dirumuskan untuk
masing-masing bidang studi. Sebegitu jauh pembicara tentang tujuan ini, apabila
digambarkan dalam bentuk skema akan terlihat seperti berikut ini.
Tujuan Umum Pendidikan Nasional
|
Pend.
Agama
|
Pend.
Moral Penca-sila
|
Pend.
Olah-raga
|
Bhs.
Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu peng. Alam
|
Ilmu
Peng. sosial
|
Bhs.
inggris
|
dst
|
|
||||||||
Pend.
Agama
|
Pend.
Moral Penca-sila
|
Pend.
Olah-raga
|
Bhs.
Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu peng. Alam
|
Ilmu
Peng. sosial
|
Bhs.
inggris
|
dst
|
|
||||||||
Pend.
Agama
|
Pend.
Moral Penca-sila
|
Pend.
Olah-raga
|
Bhs.
Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu peng. Alam
|
Ilmu
Peng. sosial
|
Bhs.
inggris
|
dst
|
|
||||||||
Pend.
Agama
|
Pend.
Moral Penca-sila
|
Pend.
Olah-raga
|
Bhs.
Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu peng. Alam
|
Ilmu
Peng. sosial
|
Bhs.
inggris
|
dst
|
TI
TI
TI
TI
TKur.
TKur. TKur. TKur.
TKur. TKur. TKur.
TKur.
TI=
Tujuan Institional
TKur.=
Tujuan kurikurer
Dari skema tersebut akan mudah dipahami bahwa:
a.
Tujuan institional adalah tujuan dari masing-mamsing institusi atau
lembaga. Misalnya:
1)
Tujuan Sekolah Dasar,
2)
Tujuan Sekolah Menengah Pertama
3)
Tujuan Sekolah Pendidikan Guru, dan sebagainya yang masing-masing
sudah direncanakan sesuai dengan lulusannya.
b.
Tujusn Kurikurer adalah tujuan dari masing-masing bidang studi.
Misalnya:
1)
Tujuan Pelajaran Pendidikan Agama,
2)
Tujuan peajaran Matematika,
3)
Tujuan pelajaran Ilmu Pengetahui Sosial,
dan sebagainya, yang akan berbeda dari satu bidang dari satu bidang
studi kebidang studi lain, dan juga dari tingkat institusi yang satu ke tingkat
institusi yang lain. Akan tetapi, antara tujuan kurikurer sesuatu institusi ada
hubungan dengan tujuan kurikuler institusi yang lain.
c.
Tiap-tiap tujuan, baik institusional maupun tujuan kurikurer selalu
merupakan sumbangan bagi tercapainya tujuan umum, yakni tujuan pendidikan
nasional.
2.
TUJUAN INSTRUKSIONAL (Instructional
Objectives)
Materi sesuatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa
dipelajari terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru.
Proses atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya
situasi belajar-mengajar atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan
instruksional, yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahua, kemampuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil
pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.
Ada 2 (dua) macam
tujuan instruksional, yaitu:
a.
Tujuan Instruksional Umum (TIU),
b.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Perbedaan
atas 2 (dua) macam tujuan ini didasarkan atas luasnya tujuan yang akan dicapai
sehingga apabila dibagankan akan terlihat dibawah ini:
Didalam merumuskan tujuan intruksional hartis diusahakan agar
tampak bahwa setelah tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada diri
anak yang meliputi kemampuan, intelektual, sikap/minat maupun keterampilan yang
oleh Bloom dan kawan-kawannya dikenal sebagai aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotor seperti telah diterangkan terdahulu.
Apakah
tujuan intruksional itu memang perlu?
Bekerja tanpa diketahui arahnya sama halnya dengan berlayar tanpa
diketahui mau ke pulau mana kapal akan dilarikan. Kapal itu akan berputar-putar
saja di tengah lautan luas, kadang-kadang menghadap ke barat, kadang-kadang
menghadap ke timur dan sebagainya dan
akhirnya tidak diketahui apa hasil yang telah dilakukan. Demikian pula halnya
dengan mengajar. Guru yang tidak mengetahui apa tujuan mengajarnya, tidak akan
jelas setiap kegiatan yang dilakukan.
Demikian ada kecenderungan bagi guru untuk menentukan tujuan
pelajarannya pada masalah penyelesaian bahan. Dalam satu jam mengajar guru
telah menargetkan berapa bab atau berapa bagian bahan akan diselesaikan
dalam jam pelajaran itu. Akibatnya guru tersebut akan
terpaku pada bahan, dan apabila dilihat waktunya hampir habis, ia menerangkan
dengan cepat agar target yang telah ditetapkan tercapai, tanpa memperhatikan
apakah siswanya dapat memahami pelajarannya atau tidak.
Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia
sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya
mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena pertama yang ia
lakukan adalah membuat tujuan instruksinonal. Dengan tujuan instruksional:
a.
Guru mempunyai arah untuk:
1)
Memilih bahan pelajaran,
2)
Memilih prosedur (metode) mengajar,
b.
Siswa mengetahui arah belajarnya
c.
Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya
mengajarkan suatu materi sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) anatara guru.
d.
Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar
siswa.
e.
Guru sebagai pelaksanaan daan petugas-petugas pemegang
kebijaksanaan (decision maker)
mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.
3. Merumuskan Tujuan Intruksional
Telah disebutkan bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang
menyatakan adanya sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa
setelah pengajaran. Jadi sebelum adanya pengajaran, siswa tidak mempunyai
kemampuan untuk mengerjakan ataupun melakukannya.
Contoh:
Sebelum ada pengajaran, siswa belum dapat membuat tabel
spesifikasi, sesudah pengajaran diberikan siswa dapat membuat tabel
spesifikasi.
Jadi dalam diri
siswa terjadi perubahan tingkah laku selama mengikuti program pengajaran, atau
dengan lain perkataan, perubahan tingkah laku itu merupakan hasil dari adanya
proses belajar mengajar. Oleh karena baik guru maupun siswa perlu menggetahui
perubahan apakah yang telah terjadi pada waktu pengajaran, maka perku adanya
perumusan yang jelas bagi tujuan instruksional itu.
Pada
oelaksanaan sistem-sistem baru misalnya sistem pengajaran dengan modul atau sistem yang mengguanakan strategi
belajar tuntas, tujuan instruksional ini sudah diketahui oleh siswa sebelum
pelajaran mulai.
Sebagaimana
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sttandar
Pendidikan Nasional, kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
ketentuan yang tertera dalam KTSP tersebut, tujuan pendidikan tidak lagi
menggunakan istilah-istilah lama seperti Tujuan Kurikuler (TK), Tujuan
Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) lagi, tetapi
menggunakan istilah Standar Kompetensi, disingkat SK, Kompetensi Dasar,
disiingkat KD, dan untuk istilah tujuan yang ingin dicapai oleh guru menjadi milik siswa dikenal dengan nama
‘indikator’. Istilah ‘indikator’berasal dari bahasa Inggris to indicate, berarti menunjukkan. Dalam
hal ini indikator menunjukkan sesuatu sebagai bukti bahwa yang ingin dicapai
sudah dapat betul-betul dicapai. Proses dan langkah sebetulnya sama saja dengan
yang lama, tetapi hanya istilahnya saja yang berbeda. Berikut ini disampaikan
langkah-langkah untuk menentukan tujuan khusus dan dalam KTSP disebut
indikator. Yang juga digunakan dala istilah tujuan pembelajaran.
4. Langkah-langkah yang Dilakukkan dalam Mmerumuskan Tujuuan
Instruksinonal Khusus
a.
Memuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksinoal Umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarakan. Di dalam kurikulum tahun 1975
maupun 1984, TIU sudah ada tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program
Pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum
dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam
diri manusia (intern).
b.
Dan masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang
rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukyr, dan menujukkan perubahan
tingkah laku.
Contoh-contoh
rumusan untuk TIU:
-
Memahami teori evalusi.
-
Mengetahui perbedaan anatara skor dan nilai.
-
Mengerti cara mencari validita.
-
Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
-
Menyadari pentingnya mengikuti kuliiah dengan teratur.
-
Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam contoh-contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami,
mengetahui, mengerti, menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa
lagi yang sifatnya masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda
antara orang yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Memahami
teori evaluasi, apakah seseorang yang hanya dapat menuliskan rumus mmencari
relliabilitas sudah dapat dikatakan memahmi teori evalusi?
Menghargai
kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Bagaimanakah
bukti-bukti kejujuran itu?
Lagi
pula rumusan-rumusan kata kerja itu sendiri merupakan kata-kata yang
menunjukkan adanya perubahan tingkahlaku dalam diri manusia sehingga tidak
dapat dilihat.
Contoh:
Mahasiswa
mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu bahwa ia
mengerti? Apakah karena pada waktu diterangkandia tampak mengangguk-anggukkan
kepala? Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepala hanya merupakan suatu usaha
agar tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya
mengangguk mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas
dasar semua keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat
hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagii
sehingga menjadi jelas dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang.
Rumusan
TIK yang lengkap memuat 3 (tiga) komponen,yaitu :
1)
Tingkah laku akhir ( terminal behavior).
2)
Kondisi demonstrasi ( condition of demonstration or test).
3)
Standar keberhasilan ( standar of performance).
5.Tingkah laku akhir
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah
seseorang mengalami proses belajar.Di sini tingkah laku ini harus menampakkan
din dalam suatu perbuatan yang diamati dan diukur ( observable and measurable
).
Contoh :
-
Menuliskan kalimat perintah
-
Mengalikan pecahan persepuluhan
-
Menggambarkan kurva normal
-
Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta
-
Menerjemahkan bacaan Inggris ke dalam bahasa Indonesia
-
Menceritakan kembali uraian guru
-
Mendemonstrasikan cara mengukur suhu
-
Mengutarakan pendapatnya mengenai sesuatu yang dikemukakan guru
-
Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat sendiri,dan lain-lain lagi
yang berujud kata kerja perbuatan/operasional ( action verb ) yang dapat di
amati dan di ukur.
6.Kata-kata Operasional
a. Cognitive Domain; level and corresponding action verbs
1)
Pengetahuan ( knowledge )
Mendefinisikan,mendeskripsikan,mengidentifikasikan,mendaftarkan,menjodohkan,menyebutkan,menyatakan
( states ),mereprosuksi.
2)
Pemahaman ( comprehension )
Mempertahankan,membedakan,menduga(estimates),menerangkan,memperluas,menyimpulkan,menggeneralisasikan,memberikan
contoh,menuliskan kembali,memperkirakan.
3)
Aplikasi
Mengubah,menghitung,mendemonstrasikan,menemukan,memanipulasikan, memodisikan,mengoperasikan,meramalkan,menyiapkan,menghasilkan,
menghubungkan,menunjukkan,memecahkan,menggunakan.
4)
Analisis
Memerinci,menyusun
diagram,membedakan,mengidentifikasikan,mengilustrasikan,menyimpulkan, menunjukkan,menghubungkan,memilih,memisahkan,membagi
(subdivides).
5)
Sintesis
Mengategorikan,mengombinasikan,mengarang,menciptakan,membuat
desain,menjelaskan,memodifikasikan,mengorganisasikan,menyusun,membuat
rencana,mengatur
kembali,merekonstruksikan,menghubungkan,mereorganisasikan,merevisi, menuliskan
kembali,menuliskan,menceritakan.
6)
Evaluasi
Menilai,membandingkan,menyimpulkan,mempertentangkan,mengkritik,
mendeskripsikan,membedakan,menerangkan,memutuskan,menafsirkan, menghubungkan,membantu(
supports).
b. Affective
Domain; Learning Levels and Corresponding Action Berbs
1)
Reesiving
Menanyakan,memilih,mendeskripsikan,mengikuti,memberikan,mengidentifikasikan,menyebutkan,menunjukkan,memilih,menjawab.
2)
Responding
Menjawab,membantu,mendiskusikan,menghormat,berbuat,melakukan, membaca,memberikan,menghafal,melaporkan,memilih,menceritakan,menulis.
3)
Valuing
Melengkapi,menggambarkan,membedakan,menerangkan,mengikuti,membentuk,mengudang,menggabung,mengusulkan,membaca,melaporkan,memilih,bekerja,mengambil
bagian (share),mempelajari.
4)
Organization
Mengubah,mengatur,menggabungkan,membandingkan,melengkapi,mempertahankan,menerangkan,menggeneralisasikan,mengidentifikasikan,mengintegrasikan,mendofinisikan,mengorganisir,menyiapkan,menghubungkan,mensitesiskan.
5)
Characterization by value or value complex
Membedakan,menerapkan,mengusulkan,memperagakan,mempengaruhi,mendengarkan,memodifikasikan,mempertunjukkan,menanyakan,merevisi,melayani,memecahkan,menggunakan.
c.
Psyhomotor Domain
Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada
aktualisasi kata-kata yang dapat diamati meliputi :
1)
Muscular or motor skills
Mempertontonkan
gerak,menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),melompat,menggerakan,menampilkan.
2)
Manipulations of materials or object
Mereparasi,menyusun,membersihkan,menggeser,memindahkan,membentuk.
3)
Neuromuscular coordination
Meengamati,menerapkan,menghubungkan,menggandeng,memadukan,
memasang,memotong,menarik,menggunakan.
Kata-kata yaang telah disajikan di
atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan tujuan
instuksional khusus bagi siswa-siswa belajar yang belajar,sehingga rumusan
seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan,sebagai berikut :
1)
Siswa dappat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari
puluhan dan satuan.
2)
Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunug yang ada di Jawa Tengah.
3)
Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.
7. Kondisi Demonstrasi
Kondisi
demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang
dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku
akhir,misalnya :
·
Dengan penulisan yang betul.
·
Urut dari yang paling tinggi.
·
Dengan bahasanya sendiri
Dengan demikian maka rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi
:
·
Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan
satuan dengan penulisan yang betul.
·
Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunung yang ada di Jawa
Tengah,urut dari yang paling tinggi.
·
Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga
dengan bahasanya sendiri.
Kata-kata bercetak miring itulah yang menunjukkan standar
keberhasilan.
Standar
keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat
keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi
akhir.
Tingkatan
keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun presentase misalnya:
·
Dengan 75% betul,
·
Sekurang-kurangnya 5 dari 10,
·
Tanpa kesalahan
Dengan
tambahan tingkat keberhasilan ini maka bunyi rumusan TIK menjadi:
·
Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan
satuan tanpa kesalahan.
·
Siswa dapat menyebutkan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat,
urut dari yang paling berat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang
umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja;
Setelah
kurikulum tahun 1975 berjalan beberapa tahun timbullah berbagai ketidakpuasan
di kalangan para pengembang kegiatan belajar mengajar. Dikatakan bahwa tujuan
belajar yang dimaksud terlalu bersifat behavioristik, yakni mementingkan
tingkah laku, di samping juga hanya bersifat output oriented, Ykni terlalu
mementingkan hasil.
Dengan
tekanan pada hal-hal tersebut, guru berusaha memberikan sebanyak-banyaknya
informasi, pengertian dan konsep-konsep kepada siswa. Pengembangan kegiatan
belajar-mengajar yang mengarah pada proses, belum mendapatkan perhatian
sepenuhnya.
Dengan
keluarnya kurikulum 1984, tekanan pada hasil ini agak dikurangi. Dalam
kurikulum 1984 proses belajar mengajar lebih banyak ditekankan pada bagaimana
seseorang memperoleh hasil.
Dalam
pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar
guru diharruskan memperhatikan pula keterampilan siswa dalam hal memperoleh
hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut
dengan istilah pendekatan keterampilan proses (PKP). Keterampilan-keterampilan
yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
a.
Mengamati,
b.
Menginterpretasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,
c.
Meramalkan,
d.
Menerapkan konsep,
e.
merencanakan penelitian,
f.
Melaksanakan penelitian, dan
g.
Mengkomunikasikan hasil penemuan.
Sesuai dengan
tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan tujuan instruksional khusus harus
mengandung apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
(keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah
laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum
1984, tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam stu rumusan
yang menjelaskan:
a.
Materi yang dipelajari,
b.
Perilaku mengutarakan hasil, dan
c.
Proses penapaiannya.
Isi (pokok bahasan)
|
PKP*
|
Tingkah laku
|
1)
PKP*
|
Isi (pokok bahasan)
|
Tingkah laku
|
2)
Gabungan PKP dan tingkah laku
|
3)
Isi (pokok bahasan)
|
PKP =
Pendekatan Keterampilan Proses
Contoh rumusan
TIK
Model 1. Siswa mampu
melakukan eksperimen untuk selanjutnya dapat menerangkan kepad kawan-kawan
sekelasnya tentang proses osmase.
Model 2. Ssiswa dapat
menjelaskan perbedaan di sebagai kata depan dan di sebagai awalan melalui
pengamatan contoh-contoh yang diberikan oleh guru.
Model 3. Siswa mampu
menginterpretasikan hsil pengamatan dan menerangkan hubungan kata-kata dalam
suatu kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar