Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa.
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau
tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang strait(sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar.
B. Jenis-jenis
Tes
1.
Dari segi bentuk pelaksanaannya
a. Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya
lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya,
sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara
tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b. Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan
pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid.
c. Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang
dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan
perbuatan peserta didik.
2.
Dari segi bentuk soal dan kemungkinannya
a.
Tes Essai (Uraian)
Tes Essay
adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.
Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan
atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
Jenis tes
ini (disebut juga tes uraian) menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan,
menyusun, dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan
secara bebas. Tes uraian (essay tes), yang sering juga dikenal dengan
istilah tes subyektif, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini.
a.
Tes tersebut
berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b.
Bentuk-bentuk
pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
c.
Ketiga,
jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan
sepuluh butir.
d.
Keempat,
pada umumnya butir-butir soal tersebut diawali dengan katakata: jelaskan,
mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yang serupa dengan itu. (Anas Sudijono,
2008: 100)
Beberapa
keunggulan dan kelemahan dari tes bentuk esai
·
Keunggulan
a.
Memungkinkan
siswa menjawab pertanyaan tes secara bebas
b.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuannyabdalam hal menulis,
mengutarakan ide-ide atau jalan pikirannya secara terorganisir, berpikir
kreatif dan kritis
c.
Merupakan
tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa mengemukakan pandangan dalam bentuk
tulisan
d.
Merupakan
tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa menjelaskan, membandingkan,
merangkumkan, membedakan, menggambarkan dan mengevaluasi suatu topik atau pokok
bahasan.
e.
Relatif
lebih mudah menyusun pertanyaannya dibandingkan dengan tes bentuk obyektif
f.
Sangat
memperkecil kemungkinan siswa menebak jawaban yang benar
g.
Dapat
menggalakkan siswa untuk mempelajari secara luas konsepkonsep dan generalisasi
yang berkaitan dengan topic pembahasan/pengajaran
·
Kelemahan
a.
Sukar diskor
secara benar-benar obyektif, walaupun itu tes yang dikualifikasi sebagai tes
uraian obyektif sekalipun
b.
Membutuhkan
waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan
c.
Jumlah pokok
bahasan/subpokok bahasan yang dapat diambil sebagai sumber pertanyaaan sangat
terbatas
d.
Membutuhkan
waktu yang jauh lebih lama bagi guru untuk membaca dan menilai semua jawaban
siswa
e.
Sering
terbuka untuk hallo effect yang berupa kecenderungan untuk
memberi nilai tinggi bagi siswa yang dianggap/dinilai mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan teman sekelasnya. (Suke Silverius, 1991:63-65)
Tes hasil
belajar bentuk esai sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat
digunakan apabila pembuat soal disamping ingin mengungkap daya ingat dan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga
dikehendaki untuk mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam
konsep berikut aplikasinya.selain itu tes esai juga lebih tepat dipergunakan
apabila jumlah siswa terbatas.
b. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun
sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri
dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
1. Tes Betul-Salah (TrueFalse)
2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Dalam Journal of Educational Enquiry disebutkan Multiple-choice
questions are an efficient means of knowledge assessment (particularly in well
defined subjects that do not change with time. They are a widely used
assessment ). Artinya yakni beberapa pertanyaan pilihan merupakan
sarana yang efisien dalam penilaian (Khususnya untuk mata pelajaran yang tidak
berubah dengan waktu). Bentuk tes pilihan ganda banyak digunakan dalam
metodologi penilaian. Dan dalam jurnal internasional yang lain disebutkanA
conventional multiple-choice test is one of the most widely used assessment
methods. When faced with a question in a conventional multiplechoice test, a
candidate must evaluate each option and choose the most (Annie W.Y. Ng
dan Alan H.S. Chan, 2009: 1). Artinya yakni tes pilihan ganda konvensional
adalah salah satu bentuk tes yang paling banyak digunakan metode penilaian.
Ketika seorang siswa diberi pertanyaan dalam bentuk tes pilihan ganda
konvensional, seorang siswa harus mengevaluasi setiap pilihan dan memilih salah
satu yang paling sesuai.
Kelebihan
bentuk tes Pilihan Ganda
1.
Dapat
digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif
2.
Memperkecil
kemungkinan menebak benar kunci jawaban
3.
Dapat dibuat
menjadi banyak ragam/variasi bentuk, yakni:
a.
Variasi
jawaban yang benar
b.
Variasi
jawaban yang paling banyak
c.
Variasi
banyak jawaban
d.
Variasi
pernyataan tidak lengkap
e.
Variasi
negatif
f.
Variasi
pengganti
g.
Variasi
alternatif yang tidak lengkap
h.
Variasi
jawaban terpadu.
4.
Jawabannya
tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa jawaban yang paling benar, atau
dapat pula mengandung jawaban yang semuanya benar
5.
Dapat
digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas
6.
Dapat diskor
dengan sangat obyektif
7.
Dapat diskor
dengan mudah dan cepat
8.
Ruang
lingkup bahan yang ditanyakan sangat luas. (Suke Silverius, 1991:67-68)
Betapapun unggulnya bentuk pilihan ganda dibandingkan
bentuk-bentuk tes yang lain, bentuk tes pilihan ganda tidak luput dari
kelemahan. Adapun kelemahanan dari bentuk tes ini yaitu:
1)
Pokok soal
tidak cepat cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu
jawaban yang benar
2)
Kadang-kadang
jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya
petunjuk jawaban yang benar, atau karena butir soal itu mengukur sikap dan
bukan mengukur pengetahuan
3)
Sampai suatu
tingkat tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui
tebakan
4)
Sulit
membuat pengecoh (distraktor) yang berfungsi, yakni yang mempunyai peluang
besar untuk dipilih siswa
5)
Membutuhkan
waktu yang lama untuk menulis soal-soalnya
6)
Siswa
cenderung mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal. (Suke
Silverius, 1991:68-69)
Dalam
evaluasi hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda lebih banyak dipakai
dibandingkan bentuk tes yang lain karena bentuk tes pilihan ganda bebas dari
kelemahan bentuk-bentuk tes yang lain.
3. Tes Menjodohkan (Matching)
4. Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis).
3.
Dari Segi fungsi tes di Sekolah
a. Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang
diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran
berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat
tes formatif bagi peserta didik adalah :
1. Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai
materi dalam tiap unit pembelajaran.
2. Merupakan penguatan bagi peserta didik.
3. Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan
tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
4. Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang
mana yang belum dikuasainya.
b. Tes Sumatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui
penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif
dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
c. Tes Penempatan
Tes
penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan
dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau
dimasuki peserta didik dalam belajar.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi
intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
b.
Ciri-ciri Tes Yang Baik
Sebuah tes dikatakan
baik jika memenuhi persyaratan:
1.
Bersifat
valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila
tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat
ukur yang digunakan tepat
2.
Bersifat
reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan
dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan
berulang-ulang memberikan hasil yang sama.
3.
Bersifat
praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya
praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi
tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.
Namun syarat minimum yang harus
dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.
D. Langkah-langkah
Pengembangan Tes
Dalam mengembangkan suatu Tes, Ada
enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang
baik,yaitu:
1.
Pengembangan
Spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran
yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki
oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)
Menentukan
tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta
didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti,
mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati
dan dapat di ukur.
b)
Menyusun
kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan
tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
c)
Memilih tipe
soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal
dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi,
penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
d)
Merencanakan
tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba
atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal
tersebut
e)
Merencanakan
banyak soal
f)
Merencanakan
jadwal penerbitan soal
2.
Penulisan
Soal
3.
Penelaahan
soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah
butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran
yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4.
Pengujian
butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang
dibuat akan dibakukan.
5.
Penganilasaan
hasil uji coba
6.
Pengadministrian
soal
E. Menganalisis
Tes
Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan
untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan atau yang akan digunakan sudah
memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, tepat mengukur sesuatu
sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik jika
memenuhi syarat validitas, reliabelitas dan bersifat praktis.
1. Validitas
tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes
itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut juga sahih,
terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan
hasil belajar yang di ukur
Macam-macam Validitas
1). Validitas isi (content validity)
Penelaahan
butir soal secara umum ditinjau dari tiga aspek yaitu:
- Aspek materi
- Aspek bahasa
- Aspek konstruksi
2). Validitas Ramalan (Predictive
Validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas
ramalan, apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan tes itu dapat digunakan
untuk meramalkan, atau tes itu mempunyai daya prediksi yang cukup kuat. Untuk
mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang
memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan mengkorelasikan tes hasil
belajar yang sedang diuji dengan kriterium yang ada.
3). Validitas bandingan
(concurent validity)
Suatu tes dikatakan memiliki
validitas concurrent, apabila tes tersebut mempunyai kesesuaian dengan hasil
pengukuran lain yang dilaksanakan saat itu. Misalnya, membandingkan hasil tes
dari soal yang sedang dicari validitasnya dengan hasil tes dari soal standar.
Jika terdapat korelasi yang positif antara kedua tes tersbut, berarti soal tes
yang dibuat mempunyai validitas concurrent.
4). Construct Validity
(Validitas konstruk)
Validitas konstruk artinya
butir-butir soal dalam tes tersebut membangun setiap aspek berpikir seperti
yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penganalisisan
validitas ini dapat dilakukan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek
berpikir yang dikehendaki diungkapkan oleh tujuan pembelajaran, yaitu melalui
penelaahan butir-butir soal.
Meski terdapat beberapa jenis
validitas, dalam periode terakhir validitas dianggap sebagai suatu konsep utuh,
tidak dipilah-pilah sebagai jenis validitas.
·
Cara menentukan Validitas Instrumen
Validitas
instrument dapat diketahui dengan mencari korelasi hasil instrument dengan
dengan kriterium atau melakukan analisis butir. Apabila data yang digunakan
adalah data interval maka dapat digunakan rumus Product Moment Korelasi,
sebagai berikut :
v Rumus angka kasar
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara
instrument X dan instrument Y
v Rumus untuk skor deviasi
Kriteria- kriteria hasil validitas :
Antara sangat tinggi
Antara tinggi
Antara cukup
Antara rendah
Antara sangat
rendah
(Yusuf, 2005:75).
·
Cara menentukan Validitas tiap butir soal
Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan
berhubungan dengan validitas tiap butir soal. Validitas butir soal dapat dicari
dalam hubungannya dengan skor total tiap individu yang ikut serta dalam
evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :
1.
Skor suatu
instrument dengan baik dan teliti. Untuk individu yang benar diberi angka 1,
sedangkan yang salah diberi angka nol.
2.
Jumlahkan
skor total untuk tiap individu.
3.
Gunakan
rumus product moment correlation atau korelasi biserial.
2. Reliabilitas
Suatu alat
ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek
yang sama secara berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama, konsisten,
stabil atau relatif sama.
·
Faktor-faktor
yang mempengaruhi reliabilitas
1. Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat
mempunyai daya pembeda yang kuat.
2. Panjang/pendeknya suatu instrumen
3. Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas
4. Ketidaktepatan waktu yang diberikan
5. Kemampuan yang ada dalam kelompok
6. Luas/tidaknya sampel yang diambil.
·
Teknik
pengujian reliabilitas tes hasil belajar
a.
Bentuk
objektiv
1)
Metode Belah
dua
Dalam pelaksanaanya,seorang penilai
hanya melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada
pengaruh dari instrumen yang terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus
genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang
sama. Koefisien reliabilitas akan menunjukkan internal konsistensi dari pada
butir soal dalam keseluruhan instrumen. Cara membelah dua instrumen tersebut
dapat dilakukan dengan cara nomor genap dan ganjil, awal dan akhir. Untuk
menentukan reliabilitas kedua bagian instrumen tersebut dapat digunakan Product
Moment Coorelation, sedangkan untuk mencari reliabilitas keseluruhan instrumen
dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :
Keterangan :
n : koefisien reliabilitas
r : korelasi antara bagian
instrumen
2) Metode
Ulangan
Pelaksanaannya dilakukan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam
waktu yang berbeda. Reliabilitas metode ulangan ini untuk melihat bagaimana
stabilnya skor setiap individu apabila dilakukan pengujian dalam waktu
yang berbeda, dengan kondisi dan perlengkapan yang sama/ hampir bersamaan.
Rumus yang digunakan untuk menentukan metode ulangan ini adalah Product Moment
Correlation.
3)
Metode bentuk Paralel
Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua
tipe, tetapi koefisien yang dihasilkan hanya menggambarkan ekivalensi antara
kedua instrumen. Tidak akan menunjukkan ekivalensi dalam kesukaran butir dan
isi. Kedua bentuk instrumen yang diberikan mengukura hal yang sama, dengan
memiliki tingkat kesukaran yang sama, pengetahuan dan keterangpilan yang sama
dengan sistematika yang tidak berbeda antara kedua bentuk instrumen tersebut,
tetapi dalam bentuk pertanyaan yang berbeda. Rumus yang dapat digunakan untuk
menentukan reliabilitas instrumen dalam bentuk paralel ini adalah product
moment correlation dan Rank order correlation.
b. Bentuk essay
Rumus yang digunakan untuk mengukur
reliabilitas tes berbentuk uraian dinamakan rumus Alpha, yaitu :
Dimana:
rxy :
Koefisien reliabilitas tes
X
: banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
n : Jumlah
variansi skor dari tiap-tiap butir item Y : Variansitotal
Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada
umumnya digunakan patokansebagai berikut:
0,80 < r11 £
1,00
reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 £ 0,80
reliabilitas tinggi
0,40 < r11 £
0,60
reliabilitas sedang
0,20 < r11 £
0,40
reliabilitas rendah
0,00 < r11 £
0,20
reliabilitas sangat rendah
Nilai r yang diperoleh dibandingkan
dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tes
reliabel.
3. Analisis Soal Tes
Untuk
mendapatkan kualitas soal yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1)
Daya pembeda
Daya pembeda
soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut
indek diskriminan. Untuk menentukan daya pembeda soal dapat dilakukan seperti
yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985:11):
Terlebih dahulu dicari degress of freedom (df) dengan
rumus:
df = (nt – 1) + (nr – 1)
dimana:
nt = nr = 27% x N
kemudian
digunakan rumus:
dimana:
Ip = daya pembeda soal
Mt = rata-rata skor dari kelompok tinggi
Mr = rata-rata skor dari kelompok rendah
= jumlah
kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
= jumlah
kuadrat deviasi skor kelompok rendah
n
= 27% x N
N
= banyak pengikut tes
Soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika Ip hitung ³ Ip tabel pada
derajat kebebasan yang sudah ditentukan.
2) Indek kesukaran.
Agar tes
dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya
yaitu apakah soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk
menentukan indek kesukaran digunakan rumus yang dikemukakan Prawironegoro
(1985:14) yaitu:
dimana:
Ik = indeks kesukaran
Dt = jumlah skor dari kelompok tinggi
Dr = jumlah skor dari kelompok rendah
m
= skor setiap soal jika benar
n
= 27% x N
N
= banyak pengikut tes
Soal dinyatakan sukar,
jika 0% £ Ik < 27%
sedang, jika 27% £ Ik £ 73%
mudah,
jika
Ik > 73%
3)
Penerimaan soal
Setiap soal
yang telah dianalisa perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap dipakai,
direvisi atau dibuang. Menurut Prawironegoro (1985:16) tentang klasifikasi
soal:
Soal yang
baik akan tetap dipakai jika Ip signifikan
dan 0% < Ik £ 100%.
Soal diperbaiki jika:
Ip signifikan dan Ik = 100% atau
Ik = 0%.
Ip tidak signifikan dan 0% < Ik < 100%.
Soal diganti
jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar